A.
TUJUAN
PRAKTIKUM
1.
Mahasiswa dapat membuat reagen yang terkait
dengan percobaan
2.
Mahasiswa dapat menggunakan alat titrasi
3.
Mahasiswa dapat melakukan percobaan penentuan
kadar vitamin C secara titrasi
4.
Mahasiswa dapat mengumpulkan dan menganalisis
data
5.
Mahasiswa dapat menuliskan kesimpulan
6.
Mahasiswa dapat mengkomunikasikan hasil
percobaan
B.
DASAR
TEORI
Vitamin dapat digolongkan
atas kelarutannya yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut
dalam lemak atau minyak. Vitamin yang dapat larut dalam air adalah vitamin B
dan c, sedangkan vitamin yang larut dalam lemak adalah A,D,E, dan K. vitamin
yang larut dalam air bila dikonsumsi berlebihan akan dibuang keluar tubuh
bersama urin dan keringat. Penentuan kadar vitamin C dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu cara titrasi dan spektrofotmetri. Vitamin C sangat mudah teroksidasi
sehingga vitamin ini mudah rusak (Tim Biokimia, 2017)
Vitamin adalah senyawa
organic tertentu yang diperlukan dalam jumlah kecil dalam diet seseorang tetapi
esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel dan penting untuk melangsungkan
pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan. Vitamin dibagi ke dalam dua
golongan, golongan pertama oleh kodicek (1971) disebut prakoenzim (procoenzyme)
yang bersifat larut dalam air, tidak disimpan oleh tubuh, tidak beracun,
diekskresi dalam urin, yang termasuk dalam golongan ini adalah tiamin,
riboflavin, asam nikotinat, piridoksin, asam kolat, biotin, asam pantotenat,
vitamin B12, dan vitamin C. Golongan kedua yang larut dalam lemak disebut
alosterin dan dapat disimpan dalam tubuh. Apabila vitamin ini terlalubanyak
dimakan, akan tersimpan dalam tubuh dan memberikan gejala penyakit tertentu
(hipervitaminosis), yang juga membahayakan. Kekurangan vitamin ini
mengakibatkan terjadinya penyakit defisiensi, tetapi biasanya gejala penyakit
akan hilang kembali apabila kecukupan vitamin tersebut sudah terpenuhi
(Poedjiadi, 1994)
Vitamin C atau asam askorbat
mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H8O6.
Dalam bentuk Kristal tidak berwarna, titik cair 190-192 oC. Bersifat
larut dalam air, sedikit larutan dalam aseton atau alcohol yang mempunyai berat
molekul rendah. Vitamin C sukar larut dalam Chloroform, ether, dan benzene.
Dengan logam membentuk garam. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH
tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih apabila terdapat katalis Fe,
Cu, enzim askorbat aksidase, sinar, dan temperature yang tinggi. Larutan encer
vitamin C pada pH kurang dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada katalisator
seperti di atas. Oksidasi vitamin C akan terbentuk asam dihidroaskorbat.
(Sudarmadji, 1989)
Penentukan vitamin C dapat
dilakukan dengan titrasi iodimetri. Hal ini berdasarkan sifat bahwa vitamin C
dapat bereaksi dengan iodin. Indicator yang digunakan yaitu amilum. Akhir
titrasi ditandai dengan terjadinya warna biru dari iod-amilum. Perhitungan
kadar vitamin C dengan standarisasi larutan iodin yaitu tiap 1 ml 0,01 N iodin
ekivalen dengan 0,88mg asam askorbat. Cara lain dalam penentuan vitamin C
adalah dengan 2,6 D (2,6 Diklorofenolindofenol). Asam askorbat dapat direduksi
2,6 D dalam suasana netral atau basa akan berwarna merah muda. Apabila 2,6D
direduksi oleh asam askorbat maka menjadi tak berwarna, dan bila semua asam
askorbat telah mereduksi 2,6 D, maka kelebihan 2,6 D sedikit saja akan terlihat
perwarnaan (Lehninger, 1982)
Asam askorbat sangat mudah
teroksidasi menjadi asam dihidroaskorbat yang masih mempunyai keaktifan sebagai
vitamin C. Asam dihidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami
perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan
sebagai vitamin C lagi.
dalam larutan air vitamin C
mudah dioksidasi, terutama apabila dipanaskan. Oksidasi dipercepat apabila ada
tembaga atau suasana alkalis. Kehilangan vitamin C sering terjadi pada
pengolahan, pengeringan, dan cahaya. Vitamin C penting dalam pembuatan zat-zat
interseluler, kolagen. Vitamin ini tersebar keseluruh tubuh dalam jaringan
ikat, rangka, matriks, dan lain-lain. Vitamin C berperan penting dalam
hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin yang
merupakan bahan pembentukan kolagen tersebut. (Poedjiandi, 1994)
vitamin C mudah larut dalam
air sehingga apabila vitamin C yang dikonsumsi melebihi yang dibutuhkan,
kelebihan tersebut akan dibuang dalam urine, karena tidak disimpan dalam tubuh,
vitamin C sebaiknya dikonsumsi setiap hari. Dosis rata-rata yang dibutuhkan
bagi orang dewasa adalah 60-90mg/hari. Tetapi masih bias melebihi dosis yang
dianjurkan, tergantung pada kondisi tubuh dan daya tahan tubuh masing-masing
orang yang berneda-beda. (Sudarmadji, 1989)
sumber vitamin C adalah
sayuran berwarna hijau dan buah-buahan. Vitamin C dapat hilang karena hal-hal
seperti :
1.
Pemanasan, yang menyebabkan rusak/berbahayanya
struktur
2.
Pencucian sayur setelah dipotong-potong terlebih
dahulu
3.
Adanya alkali atau suasana basa selama
pengolahan
4.
Adanya membuka tempat berisi vitamin c sebab
oleh udara akan terjadi oksidasi yang tidak reversible. (Poedjiadi, 1994)
Penentuan vitamin C dapat
dikerjakan dengan titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan titrasi
langsung berdasarkan reaksi redoks yang menggunakan larutan baku I2 untuk
mengoksidasi analatnya. Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat,
sehingga hanya zat yang merupakan reduktir yang cukup kuat dapat dititrasi.
Indicator yang digunakan ialah amilum, dengan perubahan dari tak berwarna
menjadi biru.
Harga vitamin C (asam
askorbat) sering ditentukan kadarnya dengan titrasi ini. Vitamin C dengan iod
akan membentuk iakatan dengan atom C nomor 2 dan 3 sehingga ikatan rangkapnya
hilang.
C.
ALAT
DAN BAHAN
ALAT
:
Erlenmeyer 100ml (3 buah)
Pipet takar 10 ml (1 buah)
Labu ukur 100 ml (1 buah)
Corong kaca (1 buah)
Buret 50ml (1 set)
Botol semprot (1 buah)
Timbangan analitik (1 set)
Lumpang (1 set)
Kertas saring (secukupnya)
Kapas (secukupnya)
BAHAN
:
Sampel (buah pisang, jeruk, papaya, dll)
Larutan kanji 1%
Larutan iodium 0,01N
Aquades
D.
CARA
KERJA
1.
Menghancurkan bahan sampai slury
2.
10 gram bahan slury, memasukkan ke labu takar
100 ml, encerkan.
3.
Saring dengan kapas, filtrate dimasukkan ke
Erlenmeyer 10 ml
4.
Tambahkan larutan kanji 1% titrasi dengan
larutan iodium 0,01 N sampai berwarna biru kehitaman
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta:
Gramedia.
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI
Press.
Sudarmadji, Slamet. 1989. Analisa
Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:
Liberty.
Tim Biokimia 2. 2017. Penuntun Praktikum Biokimia 2. Padang:
UNP.
No comments:
Post a Comment