Monday, July 29, 2019

PENENTUAN KADAR VITAMIN C (BIOKIMIA)


A.    TUJUAN PRAKTIKUM
1.     Mahasiswa dapat membuat reagen yang terkait dengan percobaan
2.     Mahasiswa dapat menggunakan alat titrasi
3.     Mahasiswa dapat melakukan percobaan penentuan kadar vitamin C secara titrasi
4.     Mahasiswa dapat mengumpulkan dan menganalisis data
5.     Mahasiswa dapat menuliskan kesimpulan
6.     Mahasiswa dapat mengkomunikasikan hasil percobaan

B.    DASAR TEORI
Vitamin dapat digolongkan atas kelarutannya yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak atau minyak. Vitamin yang dapat larut dalam air adalah vitamin B dan c, sedangkan vitamin yang larut dalam lemak adalah A,D,E, dan K. vitamin yang larut dalam air bila dikonsumsi berlebihan akan dibuang keluar tubuh bersama urin dan keringat. Penentuan kadar vitamin C dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara titrasi dan spektrofotmetri. Vitamin C sangat mudah teroksidasi sehingga vitamin ini mudah rusak (Tim Biokimia, 2017)

Vitamin adalah senyawa organic tertentu yang diperlukan dalam jumlah kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel dan penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan. Vitamin dibagi ke dalam dua golongan, golongan pertama oleh kodicek (1971) disebut prakoenzim (procoenzyme) yang bersifat larut dalam air, tidak disimpan oleh tubuh, tidak beracun, diekskresi dalam urin, yang termasuk dalam golongan ini adalah tiamin, riboflavin, asam nikotinat, piridoksin, asam kolat, biotin, asam pantotenat, vitamin B12, dan vitamin C. Golongan kedua yang larut dalam lemak disebut alosterin dan dapat disimpan dalam tubuh. Apabila vitamin ini terlalubanyak dimakan, akan tersimpan dalam tubuh dan memberikan gejala penyakit tertentu (hipervitaminosis), yang juga membahayakan. Kekurangan vitamin ini mengakibatkan terjadinya penyakit defisiensi, tetapi biasanya gejala penyakit akan hilang kembali apabila kecukupan vitamin tersebut sudah terpenuhi (Poedjiadi, 1994)

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk Kristal tidak berwarna, titik cair 190-192 oC. Bersifat larut dalam air, sedikit larutan dalam aseton atau alcohol yang mempunyai berat molekul rendah. Vitamin C sukar larut dalam Chloroform, ether, dan benzene. Dengan logam membentuk garam. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih apabila terdapat katalis Fe, Cu, enzim askorbat aksidase, sinar, dan temperature yang tinggi. Larutan encer vitamin C pada pH kurang dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada katalisator seperti di atas. Oksidasi vitamin C akan terbentuk asam dihidroaskorbat. (Sudarmadji, 1989)

Penentukan vitamin C dapat dilakukan dengan titrasi iodimetri. Hal ini berdasarkan sifat bahwa vitamin C dapat bereaksi dengan iodin. Indicator yang digunakan yaitu amilum. Akhir titrasi ditandai dengan terjadinya warna biru dari iod-amilum. Perhitungan kadar vitamin C dengan standarisasi larutan iodin yaitu tiap 1 ml 0,01 N iodin ekivalen dengan 0,88mg asam askorbat. Cara lain dalam penentuan vitamin C adalah dengan 2,6 D (2,6 Diklorofenolindofenol). Asam askorbat dapat direduksi 2,6 D dalam suasana netral atau basa akan berwarna merah muda. Apabila 2,6D direduksi oleh asam askorbat maka menjadi tak berwarna, dan bila semua asam askorbat telah mereduksi 2,6 D, maka kelebihan 2,6 D sedikit saja akan terlihat perwarnaan (Lehninger, 1982)
Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam dihidroaskorbat yang masih mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam dihidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan sebagai vitamin C lagi.

dalam larutan air vitamin C mudah dioksidasi, terutama apabila dipanaskan. Oksidasi dipercepat apabila ada tembaga atau suasana alkalis. Kehilangan vitamin C sering terjadi pada pengolahan, pengeringan, dan cahaya. Vitamin C penting dalam pembuatan zat-zat interseluler, kolagen. Vitamin ini tersebar keseluruh tubuh dalam jaringan ikat, rangka, matriks, dan lain-lain. Vitamin C berperan penting dalam hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin yang merupakan bahan pembentukan kolagen tersebut. (Poedjiandi, 1994)
vitamin C mudah larut dalam air sehingga apabila vitamin C yang dikonsumsi melebihi yang dibutuhkan, kelebihan tersebut akan dibuang dalam urine, karena tidak disimpan dalam tubuh, vitamin C sebaiknya dikonsumsi setiap hari. Dosis rata-rata yang dibutuhkan bagi orang dewasa adalah 60-90mg/hari. Tetapi masih bias melebihi dosis yang dianjurkan, tergantung pada kondisi tubuh dan daya tahan tubuh masing-masing orang yang berneda-beda. (Sudarmadji, 1989)
sumber vitamin C adalah sayuran berwarna hijau dan buah-buahan. Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti :
1.     Pemanasan, yang menyebabkan rusak/berbahayanya struktur
2.     Pencucian sayur setelah dipotong-potong terlebih dahulu
3.     Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan
4.     Adanya membuka tempat berisi vitamin c sebab oleh udara akan terjadi oksidasi yang tidak reversible. (Poedjiadi, 1994)
Penentuan vitamin C dapat dikerjakan dengan titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung berdasarkan reaksi redoks yang menggunakan larutan baku I2 untuk mengoksidasi analatnya. Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat yang merupakan reduktir yang cukup kuat dapat dititrasi. Indicator yang digunakan ialah amilum, dengan perubahan dari tak berwarna menjadi biru.
Harga vitamin C (asam askorbat) sering ditentukan kadarnya dengan titrasi ini. Vitamin C dengan iod akan membentuk iakatan dengan atom C nomor 2 dan 3 sehingga ikatan rangkapnya hilang.

C.    ALAT DAN BAHAN
ALAT :
Erlenmeyer 100ml (3 buah)
Pipet takar 10 ml (1 buah)
Labu ukur 100 ml (1 buah)
Corong kaca (1 buah)
Buret 50ml (1 set)
Botol semprot (1 buah)
Timbangan analitik (1 set)
Lumpang (1 set)
Kertas saring (secukupnya)
Kapas (secukupnya)

BAHAN :
Sampel (buah pisang, jeruk, papaya, dll)
Larutan kanji 1%
Larutan iodium 0,01N
Aquades

D.    CARA KERJA
1.     Menghancurkan bahan sampai slury
2.     10 gram bahan slury, memasukkan ke labu takar 100 ml, encerkan.
3.     Saring dengan kapas, filtrate dimasukkan ke Erlenmeyer 10 ml
4.     Tambahkan larutan kanji 1% titrasi dengan larutan iodium 0,01 N sampai berwarna biru kehitaman


DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Sudarmadji, Slamet. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: 
      Liberty.
Tim Biokimia 2. 2017. Penuntun Praktikum Biokimia 2. Padang: UNP.

No comments:

Post a Comment

Mencari pH larutan

1.      Sebanyak 25 mL larutan asam format (HCOOH) 0,020 M       (Ka HCOOH = 2,0 x 10 -4 ) dititrasi dengan larutan basa kuat KOH 0,01 M....